Kopassus vs Gurkha
Satuan Tugas Rajawali Kompi Pemburu [Kopassus]
Pembentukan
Senjata :
Pistol Pindad P1
Pstol Sig Sauer P226
Pistol Mitraliur HK MP5SD
Senapan Serbu M16A1 dengan Pelontar Granat M203
Senapan Serbu AK 47
Minimi M249 Mk1
M60 GPMG
Styer SSG 69 Sniper rifle
Granat GT5 PE
Granat K75
Flash bang
Magasen 8 buah (peluru cadangan 440 butir sekali bawa) per orang
Tabung Pelontar / Granat senapan 2 buah per orang
peluru GLM40mm 6 butir per pucuk untuk grenadier
Alat optik :
Kompas
Teropong 7x50
Teropong 6x30
NVG (Night Vision Google)
GPS Maggelans
Perlengkapan perorangan: 30 items
Perlengkapan tambahan :
Penjernih air portabel
Hammock
Sleeping Bag
Matras
Tali carmantel 20m + eight decender, carabiner, holster
Rompi anti peluru
Helm Kevlar
Pisau survival Aviator
Kantong mayat
Alat pertolongan pertama perorangan
Penugasan :
Pasukan Rajawali dibagi dalam 3 detasemen tempur, masing-masing detasemen dibagi dalam 3 kompi pemburu (tiap kompi 125 orang anak muda),pasukan bergerak dalam team yang terdiri dari 1 perwira dengan 24 orang anggota. Team biasanya dipecah lagi menjadi 4 unit kecil yang bergerak dengan tehnik jaring laba-laba, musuh yang masuk dijamin pasti matek ona (mampus dlm bahasa tetun). Unit bergerak dalam 4 poros saling melindungi, tiap poros ada satu grendier sebagai senjata penghancur. Pasukan Rajawali tidak pernah membawa minimi karena terlalu berat untuk dibawa berlari memburu krebo-krebo hutan.
Kopassus vs SAS-Inggris
SAS Inggris pernah dipecundangi RPKAD (Kopassus)
Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus )
Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.
Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Pos
Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan
RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di
depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa
Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooper dan beberapa orang
SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD.
Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS
yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan
dengan langsung melenyapkan pos tersebut.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.
Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut.
Setelah
sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih
dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan.
Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B
(Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya
tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi
sesuatu.
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.
Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.
Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.
Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.
Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.
Prajurit
Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap
dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada
jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari
pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal ini
memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu
dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau
misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.
Diantara
yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut
adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas
ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini.
Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul "Para! Fifty
Years of the Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah
mengklaim mereka berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam
pertempuran brutal tersebut. Lucunya klaim pemerintah Inggris ini
kemudian dibantah sendiri oleh penulis buku tersebut di halaman 265, ia
menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2 orang. Secara logis memang
angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang menyerang hanya satu
kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk menutupi rasa
malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan
salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam
pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.
Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.
Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.
Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus )
Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.
Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.
Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut.
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.
Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.
Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.
Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.
Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.
Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.
Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.
1 komentar:
walaupun engkau disana aku disini akan tetap mengejar cita citaku,yaitu menjadi seorang "PATRIOT SEJATI"
Posting Komentar