Siapa
yang tidak kenal Pasukan Kebanggaan TNI AL itu? Dimana untuk
“mengenakan brevetnya” itu seorang anggota TNI AL harus mendaftar untuk
selanjutnya mampu mengikuti dan melampaui semua test dari “nol”. Dengan
kata
lain harus betul-betul “KUAT-SEGALANYA”.
Sebagai sebuah Satuan Khusus (Special Warfare) TNI AL, KOPASKA secara kuantitatif tidak punya arti apa-apa. la bukan salah satu Unsur dalam jajaran TNI AL, tetapi cuma salah satu Unit, bahkan lebih kecil dari unit-unit dalam jajaran TNI AL secara keseluruhan. Tetapi secara kualitatif KOPASKA adalah Satuan Pemukul Strategis (Band. US Navy SEAL, SBS AL Inggris, dan pasukan elit sejenis di sejumlah negara lain, khususnya Pasukan Katak Italia yang berhasil menghancurkan sekitar 75 Armada AL Inggris di Malta pada Perang Dunia ke-II).
Parameter kualitatif KOPASKA ini dibuktikan dengan Tri-Tugas yang dibebankan ABRI (saat ini TNI) kepada satuan kecil ini, diawal kelahirannya pada tanggal 31 Maret 1962. Dalam Operasi Militer merebut Irian Barat dari tangan Belanda itu, KOPASKA mendapat tugas khusus :
* Pertama, melaksanakan intai pantai Biak (combat reconnai-sance) dan pada hari-H, me-laksanakan penghancuran ha-lang-rintang alam maupun buatan (Belanda) di pantai pendaratan.
* Kedua, melaksanakan serangan komando (commando raid) terhadap sasaran-sasaran di laut dan di pantai pendaratan, termasuk melaksanakan pen-culikan Laksamana Reeser, Panglima Tentara Belanda di Irian Barat.
* Ketiga, melaksanakan peng-hancuran Kapal Induk HMS Karel Doorman dengan serangan Torpedo Berjiwa (human torpedo).
Tritugas ini sesungguhnya adalah sebuah “mission impossible” baik dari segi persiapan maupun pelaksanaannya. Banyak faktor yang tidak diperhitungkan atau yang belum sempat diperhitungkan bermunculan satu demi satu, khususnya mengenai SDM dan logistik tempur serta prosedur standar operasi dalam sebuah operasi ampibi yang melibatkan lebih 100 kapal perang dan belasan ribu pasukan ABRI. Sementara TNI AL baru memiliki beberapa orang yang berkualifikasi Pasukan Katak jebolan UNDER WATER DEMOLITION TEAM UDT US NAVY.
Untunglah, di-bawah koordinasi Mayor Laut O.P. Koesno komandan kapal selam KRI Cakra, berhasil dibentuk satuan yang tadinya dimaksud sebagai pasukan berani mati, melalui tahapan pembentukan Instruction Group yang pada gilirannya membentuk sebuah pasukan elit baru yang diberi nama Komando Pasukan Katak Angkatan Laut Republik Indo-nesia KOPASKA, yang dalam realitas operasionalnya terdiri dari anggota-anggota TNI AL dan Kopassus (RPKAD).
Sementara itu untuk memenuhi kriteria sebuah pasukan katak, maka Kelompok Bantu direkrut dari KPBA (Penyelaman). Demikian halnya dengan Unit Torpedo Berjiwa direkrut dari berbagai satuan dalam jajaran Armada TNI AL dan Kodam 5 Jaya. Dengan bekal itulah KOPASKA lahir ditengah-tengah persiapan TRIKORA pada awal tahun 1962.
Memasuki tahun 2001, KOPASKA sudah jauh berkem-bang. Bahkan berubah secara radikal, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini pada satu sisi menunjukkan persepsi dan apresiasi pimpinan TNI AL yang semakin memahami hakikat keberadaan KOPASKA, dibanding 20 tahun lalu. Pada sisi lain karena berbagai kecenderungan perkembangan dan perubahan yang terjadi yang menuntut antisipasi dinamis sesual dengan karakter ancaman dan tantangan baru sebagai konsekuensi logis dan proses globalisasi. Karena itu sangat mengagumkan bahwa ketika dalam tempo yang relatif singkat (1968-2000) bagi sebuah pa-sukan khusus, KOPASKA sudah menjadi bagian integral dari Sistem Senjata Armada Terpadu di dua Komando Armada Ka-wasan, Barat dan Timur. Padahal tiap angkatan hanya melahirkan beberapa “gelintir” anggota saja karena proses “pencetakannya” yang memakan waktu relatif lama dan biayanya cukup mahal. Apalagi karena parameter mental (disiplin, hirarki dan kehormatan militer) digunakan untuk mengu-kur lulus (qualified) tidaknya seorang calon anggota KOPAS-KA, lebih kental ketimbang persoalan fisik semata-mata.
KOPASKA juga sudah mam-pu memenuhi tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka sesuai dengan acuan-acuan yang sedang terus dikembang-kan baik untuk peperangan konvensional maupun inkonven-sional. Anggota-anggotanya bahkan sudah mendapat kesem-patan bergabung dalam satuan-satuan Indonesia dibawah PBB di beberapa negara, seperti Garuda IX/UNIMOG di Irak, Garuda XII/UNTAC di Kamboja, Garuda XIV/UNPROFOR di Bosnia-Herzegovina. Mereka akseptabel dimana-mana, baik dilingkungan TNI AL maupun diluar itu.
Mencermati kelahiran KO-PASKA, maka prajurit berkuali-fikasi KOPASKA sesungguhnya tidak cuma ada di TNI AL, tetapi juga di KOPASSUS. Kerjasama ini sudah terjalin lama. Oleh sebab itu, kelahiran KOPASKA TNI AL yang secara administratif organisatoris ditetapkan pada 31 Maret 1962 dengan Surat Keputusan Menteri / Kepala Staf Angkatan Laut No. 5401.13, sesungguhnya adalah kelahiran Satuan PASKA KOPASUS juga. Dalam pada itu, sejak awal 2001, 3 kompi prajurit KOSTRAD TNI-AD telah menyelesaikan latihan khusus Intelijen Tempur Matra Laut dan Selam Dasar (Scuba) di KOPASKA. Hal ini di satu sisi menunjukkan semakin bertam-bahnya kepercayaan yang diberikan kepada KOPASKA. Disisi lain semakin menambah jumlah personel TNI-AD dengan kualifikasi Intelijen Tempur Matra Laut dan Selam Dasar.
Rangkai-an kerjasama ini ditandai dengan Telegram Panglima TJADUAD (KOSTRAD) No. ST. 037/62 tertanggal 28 April 1962 yang melahirkan Surat Perintah Men/KASAD No. SP 325/1962 dan SK Men/KASAD No. 1301.4 tanggal 7 Mei 1962, yang berlanjut dengan keluarnya Surat Perintah Komandan RPKAD (Kolonel TNI Mungparhadimulya) No. SP 111/S/1962, yang menetapkan sejumlah anggota KOPASKA sebagai Instruktur untuk melatih anggota-anggota RPKAD (KO-PASSUS) yang kemudian mela-kukan tugas di TRIKORA sebagai anggota KOPASKA.
Sebagai sebuah Satuan Khusus (Special Warfare) TNI AL, KOPASKA secara kuantitatif tidak punya arti apa-apa. la bukan salah satu Unsur dalam jajaran TNI AL, tetapi cuma salah satu Unit, bahkan lebih kecil dari unit-unit dalam jajaran TNI AL secara keseluruhan. Tetapi secara kualitatif KOPASKA adalah Satuan Pemukul Strategis (Band. US Navy SEAL, SBS AL Inggris, dan pasukan elit sejenis di sejumlah negara lain, khususnya Pasukan Katak Italia yang berhasil menghancurkan sekitar 75 Armada AL Inggris di Malta pada Perang Dunia ke-II).
Parameter kualitatif KOPASKA ini dibuktikan dengan Tri-Tugas yang dibebankan ABRI (saat ini TNI) kepada satuan kecil ini, diawal kelahirannya pada tanggal 31 Maret 1962. Dalam Operasi Militer merebut Irian Barat dari tangan Belanda itu, KOPASKA mendapat tugas khusus :
* Pertama, melaksanakan intai pantai Biak (combat reconnai-sance) dan pada hari-H, me-laksanakan penghancuran ha-lang-rintang alam maupun buatan (Belanda) di pantai pendaratan.
* Kedua, melaksanakan serangan komando (commando raid) terhadap sasaran-sasaran di laut dan di pantai pendaratan, termasuk melaksanakan pen-culikan Laksamana Reeser, Panglima Tentara Belanda di Irian Barat.
* Ketiga, melaksanakan peng-hancuran Kapal Induk HMS Karel Doorman dengan serangan Torpedo Berjiwa (human torpedo).
Tritugas ini sesungguhnya adalah sebuah “mission impossible” baik dari segi persiapan maupun pelaksanaannya. Banyak faktor yang tidak diperhitungkan atau yang belum sempat diperhitungkan bermunculan satu demi satu, khususnya mengenai SDM dan logistik tempur serta prosedur standar operasi dalam sebuah operasi ampibi yang melibatkan lebih 100 kapal perang dan belasan ribu pasukan ABRI. Sementara TNI AL baru memiliki beberapa orang yang berkualifikasi Pasukan Katak jebolan UNDER WATER DEMOLITION TEAM UDT US NAVY.
Untunglah, di-bawah koordinasi Mayor Laut O.P. Koesno komandan kapal selam KRI Cakra, berhasil dibentuk satuan yang tadinya dimaksud sebagai pasukan berani mati, melalui tahapan pembentukan Instruction Group yang pada gilirannya membentuk sebuah pasukan elit baru yang diberi nama Komando Pasukan Katak Angkatan Laut Republik Indo-nesia KOPASKA, yang dalam realitas operasionalnya terdiri dari anggota-anggota TNI AL dan Kopassus (RPKAD).
Sementara itu untuk memenuhi kriteria sebuah pasukan katak, maka Kelompok Bantu direkrut dari KPBA (Penyelaman). Demikian halnya dengan Unit Torpedo Berjiwa direkrut dari berbagai satuan dalam jajaran Armada TNI AL dan Kodam 5 Jaya. Dengan bekal itulah KOPASKA lahir ditengah-tengah persiapan TRIKORA pada awal tahun 1962.
Memasuki tahun 2001, KOPASKA sudah jauh berkem-bang. Bahkan berubah secara radikal, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini pada satu sisi menunjukkan persepsi dan apresiasi pimpinan TNI AL yang semakin memahami hakikat keberadaan KOPASKA, dibanding 20 tahun lalu. Pada sisi lain karena berbagai kecenderungan perkembangan dan perubahan yang terjadi yang menuntut antisipasi dinamis sesual dengan karakter ancaman dan tantangan baru sebagai konsekuensi logis dan proses globalisasi. Karena itu sangat mengagumkan bahwa ketika dalam tempo yang relatif singkat (1968-2000) bagi sebuah pa-sukan khusus, KOPASKA sudah menjadi bagian integral dari Sistem Senjata Armada Terpadu di dua Komando Armada Ka-wasan, Barat dan Timur. Padahal tiap angkatan hanya melahirkan beberapa “gelintir” anggota saja karena proses “pencetakannya” yang memakan waktu relatif lama dan biayanya cukup mahal. Apalagi karena parameter mental (disiplin, hirarki dan kehormatan militer) digunakan untuk mengu-kur lulus (qualified) tidaknya seorang calon anggota KOPAS-KA, lebih kental ketimbang persoalan fisik semata-mata.
KOPASKA juga sudah mam-pu memenuhi tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka sesuai dengan acuan-acuan yang sedang terus dikembang-kan baik untuk peperangan konvensional maupun inkonven-sional. Anggota-anggotanya bahkan sudah mendapat kesem-patan bergabung dalam satuan-satuan Indonesia dibawah PBB di beberapa negara, seperti Garuda IX/UNIMOG di Irak, Garuda XII/UNTAC di Kamboja, Garuda XIV/UNPROFOR di Bosnia-Herzegovina. Mereka akseptabel dimana-mana, baik dilingkungan TNI AL maupun diluar itu.
Mencermati kelahiran KO-PASKA, maka prajurit berkuali-fikasi KOPASKA sesungguhnya tidak cuma ada di TNI AL, tetapi juga di KOPASSUS. Kerjasama ini sudah terjalin lama. Oleh sebab itu, kelahiran KOPASKA TNI AL yang secara administratif organisatoris ditetapkan pada 31 Maret 1962 dengan Surat Keputusan Menteri / Kepala Staf Angkatan Laut No. 5401.13, sesungguhnya adalah kelahiran Satuan PASKA KOPASUS juga. Dalam pada itu, sejak awal 2001, 3 kompi prajurit KOSTRAD TNI-AD telah menyelesaikan latihan khusus Intelijen Tempur Matra Laut dan Selam Dasar (Scuba) di KOPASKA. Hal ini di satu sisi menunjukkan semakin bertam-bahnya kepercayaan yang diberikan kepada KOPASKA. Disisi lain semakin menambah jumlah personel TNI-AD dengan kualifikasi Intelijen Tempur Matra Laut dan Selam Dasar.
Rangkai-an kerjasama ini ditandai dengan Telegram Panglima TJADUAD (KOSTRAD) No. ST. 037/62 tertanggal 28 April 1962 yang melahirkan Surat Perintah Men/KASAD No. SP 325/1962 dan SK Men/KASAD No. 1301.4 tanggal 7 Mei 1962, yang berlanjut dengan keluarnya Surat Perintah Komandan RPKAD (Kolonel TNI Mungparhadimulya) No. SP 111/S/1962, yang menetapkan sejumlah anggota KOPASKA sebagai Instruktur untuk melatih anggota-anggota RPKAD (KO-PASSUS) yang kemudian mela-kukan tugas di TRIKORA sebagai anggota KOPASKA.
0 komentar:
Posting Komentar